“Nongkrong “ fenomena ini sadar atau tidak sudah menggejala bahkan membudaya dalam kehidupan ramaja khususnya mahasiswa secara psikologis, memang benar mahasiswa juga mempunyai kebutuhan untuk bersama-sama dengan teman sebayannya dan mengekpresikan diri dalam rangka mencari identitas diri. Namun bisa menjadi jaminankah aktivitas nongkrong yang mereka lakukan bisa memberi output yang positif dalam kehidupan mereka sehari-hariatau jangan mereka punya “sense of self” takut dikatakan tidak gaul.
Sebagai suatu kebiasaan sosial maka nongkrong nongkrong sebenarnya merupakan kebutuhan rohani dan mental bagi setiap orang, tidak hanya mahasiswa untuk mendapatkan sesuatu bagi dirinya secara kejiwaan (sosialisasi) dalam kontek pergaulan sosial pun nongkrong bukanlah sekedar kata melainkan lingkupnya menyentuk perilaku hidup remaja terutama kalangan mahasiswa. Tapi apa yang terjadi jika aktivitas ini akhinya malah menimbulakn penyakit baru yang disebut dengan kecanduan nongkrong? Memang istialh ini bukanlah istilah yang umum didengar, tapi kita harus selalu ingat jikla sesuatu sudah menimbulkan yang namanya candu (ketergantungan) bagi pelakunya ini bisa berakibat kesesuatu yang buruk bagi pelaku itu sendiri. Segala hal yang dilakukan bisa-bisa kadr yang wajar dalam arti yang berlebihan.
Sudah menjadi paradigma umum, mahasiswa adalah intelektual muda yang harusnya lekat dengan aktivitas belajarnya dan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan otak dan daya nalar. Sayang, stgma dari nongkrong itu sendiri yang samapai saat ini masih menjadi cap negative dari sebagian besar masyarakat bahkan banyak yang menggangap bahwa nongkrong itu cuma menghabiskan waktu dan sekedar kumpul dengan teman tanpa tujuan dan menfaat yang jelas.
Namun jika kita kaji dengan seksama sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh denagn aktivitas nongkrong. Mulai dari menambah wawasan, menambah ilmu dan memperluas cakrawala, dapat melakukan pertukaran informasi dengan cepat, pergaulan, pencurahan ide (brainstrorming) dan sebagainya. Hanya perlu diperhatikan dalam aktivitas nongkrong haruslah mampu menguasai emosi dalam artian dapat mengontrol diri apabila adlam aktivitas nongkrong menjurus ke hal yang negative, kemampuan untuk memilih teman yang baik untuk nongkrong pun amat disarankan.
Parah lagi banyak mahasiswa yang menganggap nongkrong adlah keharusan bagi mereka sehari dalam seminggu saja tidak nongkrong, fyuhhhh...............dunia seperti kiamat. Toh pada ahkirnya bermanfaat tidaknya berpulang pada diri kita sendiri yang tergantung pada niat baik dan lurus akan membimbing kita untuk bertindak baik pula pada harapanya adalah nongkrong tidak sia- sia tetapio dapat membawa membawa manfaat bagi mereka dan tidak merugikan orang lain.
Pertanyaanya sekarang adalah sudah siapkah kita untuk nongkrong dengan baik??
Jumat, 29 Agustus 2008
NONGKRONG TIPOLOGI GAYA HIDUP MAHASISWA YANG BAIKKAH ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar